Sang Bujana - Kita mengenal seorang ibu merupakan pendidik pertama bagi anak-anaknya. Sosok seorang ibu dikenal sebagai seorang yang hadir dengan rasa penuh kasih sayang. Rasa kasih sayang ini berbeda dengan apa yang didapatkan rasa kasih sayang dari orang lain ataupun dari ayah anak-anak tersebut.
Seorang ibu memiliki kedekatan emosional dengan anak-anaknya. Dikatakan bahwa seorang ibu yang baik adalah ibu yang mampu memberikan seluruh kasih sayangnya kepada anak-anak tanpa ada rasa pamrih sedikitpun. Menurut penelitian di beberapa Universitas ternama di Inggris, anak yang terlahir tanpa ada kasih sayang seorang ibu mereka akan tumbuh berkembang secara tidak maksimal. Ketidak hadiran seorang ibu memberikan dampak yang kurang baik terhadap tumbuh kembang anak. Di samping kasih sayang, pemahaman dan pengetahuan seorang ibu membawa efek luar biasa terhadap tumbuh kembang anak.
Pentingnya mengajak anak untuk berinteraksi sosial |
Seorang ibu dihadapkan oleh berbagai macam tantangan dalam mendidik anak sebagai bagian dari keluarga. Seorang ibu dapat memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya dengan hiruk pikuk kesibukan untuk mengurus keluarga dan memenuhi kewajibannya ketika ia bekerja. Anak akan lebih cenderung meniru perilaku seorang ibu karena secara emosional anak lebih dekat terhadap ibu. Waktu yang didapatkan anak dari seorang ibu lebih banyak daripada waktu yang ia habiskan bersama ayah walaupun peran serta ayah wajib ada dalam pengasuhan anak.
Menurut beberapa survei yang dilakukan terhadap beberapa ibu rumah tangga, mendidik anak di dalam keluarga bukanlah hal yang mudah bagi seorang ibu. Faktor pendidikan seorang ibu secara personal sangat mempengaruhi tingkat pendidikan pada anak. Semakin baik tingkat pendidikan atau pemahaman seorang ibu maka semakin baik pula tumbuh kembang seorang anak ketika ia menjalani proses pendewasaan diri.
Selain tingkat pendidikan dan pemahaman seorang ibu, faktor yang juga dominan terhadap tumbuh kembang anak adalah kemampuan seorang ibu untuk mengendalikan emosi, pikiran, dan tingkah laku di depan anak ketika bersama anak. Seorang ibu yang menunjukkan sikap kasih sayang kepada anaknya melalui sikap-sikap seperti sabar, tidak mudah emosi, mampu menahan diri ketika ada masalah di depan anak, dan berusaha menyelesaikan setiap permasalahan tidak di depan anak-anak mereka. Seringkali anak-anak yang di didik oleh ibu tersebut akan menghasilkan anak-anak yang penyabar, pandai, dan mampu mengendalikan emosi dikala ia sedang menghadapi masalah. Namun sebaliknya ketika ibu yang mendidik anaknya tidak dapat mengendalikan amarah emosi dan selalu meluapkan setiap amarah tersebut di depan anak dengan cacian, perbuatan yang kurang baik maka anak melihat perbuatan tersebut dan secara tidak sadar anakan merekam apa yang ia lihat dan dia dengarkan. Pada akhirnya akan tercipta seorang karakter anak yang pemarah, mudah emosi, serta meluapkan emosinya di mana saja tanpa melihat waktu ataupun tempat. Beberapa kasus didapati bahwa seorang anak mudah putus asa, mengalami trauma yang berkelanjutan, serta tidak berprestasi di saat dewasa.
Pada masa tumbuh kembang anak, otak anak merekam apa yang ia lihat dan ia rasakan. Ketika otak anak sudah merekam apa yang ia lihat dan ia rasakan, maka respon yang timbul kemudian adalah perbuatan buruk yang ia lihat itu merupakan perbuatan yang wajar untuk dilakukan.
Beberapa kasus yang viral belakangan ini adalah perilaku anak yang banyak melakukan penentangan terhadap orang tua, anak melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan seperti memukul orang tua, berani terhadap guru, bahkan ada beberapa kasus diantaranya adalah anak sampai membunuh orang tua kandungnya sendiri.
Hal ini tidak serta merta kita menyalahkan anak, tentunya kita harus kembali ke belakang melihat model pendidikan yang telah diberikan orang tuanya ketika anak itu dalam masa-masa tumbuh kembang. Bagaimana orang tua memberikan pendidikan moral, karakter, serta pendidikan agama, yang pada akhirnya akan menjadi bekal anak itu tumbuh dewasa.
Tidak jarang kita saksikan saat ini bahwa anak terbiasa ditelantarkan oleh kedua orang tuanya. Orang tua sibuk bekerja tanpa memperhatikan kondisi anak yang butuh perhatian dan kasih sayang pada masa tumbuh kembang. Tak jarang pula kita melihat orang tua terutama ibu pada saat mengasuh anak di masa-masa emas anak terlalu mudah untuk putus asa. Orang tua tidak berusaha memberikan pendidikan dan asupan gizi yang terbaik bagi anaknya Karena ia merasa apa yang ia lakukan sudah lebih dari cukup. Ibu-ibu zaman sekarang lebih tertarik untuk melakukan kegiatan kegiatan di luar yang sifatnya kurang produktif.
Banyak kita saksikan belakangan ini ibu-ibu lebih sering eksis di media sosial, hal ini tentunya akan menciptakan rekaman dalam otak anak bahwa ketika ia dewasa dia harus lebih eksis di media sosial tanpa memikirkan bagaimana dia harus bersikap terhadap lingkungan di sekitarnya. Mayoritas ibu-ibu yang sudah sibuk dengan kegiatan media sosialnya ia lebih sering apatis terhadap lingkungan sosial di sekitarnya. Mana yang seharusnya lebih banyak berinteraksi sosial dengan lingkungan sekitarnya akhirnya turun menjadi anak yang apatis. Anak tersebut akan lebih pendiam suka tinggal di rumah tidak perduli dengan keadaan lingkungan sekitar Bahkan tak jarang Anak itu tidak ingin mengenal apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Hal tersebut bagi seorang anak sangatlah berbahaya, karena akan tercipta generasi yang lebih apatis, egois dan anti sosial. Dari itu sudah saatnya bagi para ibu-ibu untuk merubah pola fikir dan sikap serta perilaku keseharian di depan anak agar lebih memperhatikan anak. Jangan sampai terjadi munculnya generasi apatis karena orang tua tidak memberikan pendidikan sosial untuk mengenal lingkungan di sekitarnya. Bagaimanapun juga Manusia adalah makhluk sosial yang butuh berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya ataupun dengan manusia lainnya.
EmoticonEmoticon
Note: Only a member of this blog may post a comment.