Mengolah limbah kotoran menjadi pupuk padat. (Ilustrasi)
Limbah kotoran hewan selama ini menjadi salah satu sumber masalah lingkungan di pedesaan. Kotoran hewan oleh masyarakat pedesaan selama ini hanya di anggap sebagai barang sisa yang tidak memiliki nilai ekonomis.
Belum adanya pendidikan dan pengetahuan tentang manfaat kotoran hewan menyebabkan sebagian besar masyarakat memilih tindakan praktis untuk menghilangkan masalah limbah kotoran hewan tadi dengan cara di buang ke selokan, ditumpuk dalam galian tanah, dibakar dan dibiarkan begitu saja di pekarangan atau di tempat yang tidak digunakan.
Selain ketidak fahaman masyarakat tentang bagaimana mengelola limbah kotoran hewan ternak seperti sapi, kambing, ayam, maupun kerbau, tidak adanya keperdulian pemerintah daerah baik pemerintah kabupaten maupun desa untuk serius menangani pemasalahan ini.
Limbah kotoran hewan sendiri sangat berpotensi sebagai sumber penyakit, karena limbah kotoran yang tidak diolah dengan baik banyak mengandung bakteri dan virus negatif yang penyebarannya bisa melalui udara, air, dan hewan seperti lalat dll. Penanganan penyakit akibat dari limbah kotoran hewan ternak tadi tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Maka dari itu sangat penting bagi kita untuk melakukan tidakan pencegahan (preventif) dengan cara memberikan pendidikan bagaimana mengolah limbah kotoran hewan tersebut.
Masyarakat Indonesia terkenal memiliki keuletan dan kemampuan dalam mengelola sumber daya alam. Maksudnya, dengan tekhnologi sederhana pun sebenarnya masyarakat mampu mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya. Hal ini dibuktikan melalui catatan-catatan sejarah nenek moyang kita, dengan menggunakan kotoran hewan di jaman dahulu, hasil produksi pertanian di Nusantara sangatlah baik. Perhitungan produksi dalam luasan 1 hektar mampu menghasilkan gabah sejumlah lebih dari 10 ton. Berbeda jauh dengan saat ini, tingkat produktifitas pertanian kita hanya mencapai nilai rata-rata 6 ton gabah dalam luasan 1 hektar.
Tentunya kita harus melakukan instrospeksi diri, sebenarnya apa yang terjadi dengan pertanian kita saat ini. Ini erat kaitannya dengan permasalahan limbah kotoran hewan ternak dan pertanian. Bagaimana bisa hal itu berkaitan??? Tentu saja ada kaitannya. Mari kita telusuri benang merahnya.
Jaman dahulu kotoran hewan ternak digunakan oleh nenek moyang kita yang memiliki lahan pertanian dan peternakan. Sebelum adanya pupuk kimia tentunya. Ada apa dengan pupuk kimia??? (Selanjutnya kita bahas).
Dengan adanya pupuk kimia, petani kita tidak lagi menggunakan kotoran hewan ternak sebagai pupuk padat untuk menambah unsur hara dalam tanah. Penggunaan kotoran hewan dianggap kurang praktis dan terkesan lambat. Kotoran hewan ternak sendiri tanpa pengolahan yang baik pun banyak mengandung bakteri jahat yang sifatnya merusak tanaman sehingga dianggap tidak menguntungkan bagi masyarakat petani. Disatu sisi, petani saat ini tidak seperti jaman nenek moyang, yang menggabungkan antara pertanian dan peternakan, sehingga tidak tersedianya kotoran hewan yang akan digunakan untuk pupuk juga menjadi kendala tersendiri.
Pemerintah sendiri dalam hal ini juga tidak memberikan edukasi bagaimana cara mengolah pertanian menggunakan limbah kotoran hewan yang saat ini mulai digalakkkan dengan nama pertanian organik, sehingga petani tidak pernah mengenal pupuk alami dari kotoran hewan ternak.
Yang kemudian terjadi adalah, kotoran hewan ternak tidak lagi tersalurkan ke lahan pertanian, dan peternak sendiri kebingungan bagaimana mengatasi permasalahan tersebut. Sehingga ini menjadi sebuah problem baru di lingkungan pedesaan.
Bagaiman seharusnya mengolah kotoran hewan ternak??? (Bersambung bag 2)
EmoticonEmoticon
Note: Only a member of this blog may post a comment.