Sunday, April 29, 2018

Cahaya Yang Kurindukan

Matahari di ufuk Timur
Sang Bujana. Udara pagi di penghujung bulan April membuat ingatanku melesat ke masa-masa muda dahulu. Sekitar 11 tahun yang silam, hampir setiap pagi sebelum adzan subuh berkumandang, raga ini harus terjaga, meraih kain hijau, sepatu hitam legam yang sudah mengkilat, sepucuk senjata laras panjang lengkap dengan tas ransel seberat 25 kg yang ku pakai hampir 18 jam setiap hari. Tak lupa helm baja yang membuat bodoh siapa saja yang memakainya.

Ku hentakkan kaki bersama dengan kaki-kaki lainnya, hingga suara bergemuruh memecah keheningan malam tak berupa. Suara-suara lantang pun tak henti-hentinya bersaut sautan menghilangkan rasa dingin yang menghapiri raga ini hingga menembus tulang.

Jauh melanglang buana di dunia ingatan ku pula, 12 tahun yang lalu pun demikian, udara pagi dan sebersit cahaya matahari menjadi pengakhir seluruh penderitaan panjang malam itu. Hancur remuk badan dan hati terbayar sudah saat udara pagi menghapiri, seakan-akan berbisik "ku akhiri segala penderitaan mu malam ini, engkau bebas lepas di pagi ku yang penuh kasih sayang."

Entah, pagi selalu memberikan ku sebuah harapan, bahwa hari ini akan lebih baik dari hari sebelumnya. Udara pagi ini selalu mengingatkan ku tentang arti kebebasan yang sepanjang malam aku impikan. Bebas yang memiliki arti bahwa tidak ada kata sia-sia yang sudah aku jalani.

Pagi ini, bersama udara sejuk aku melesat kan sebuah harapan, akan ada kebebasan yang seindah harapan ku sepanjang malam.

Selamat Pagi Untuk Anda Semua.

Menambah wawasan, mencerdaskan kehidupan bangsa.


EmoticonEmoticon

Note: Only a member of this blog may post a comment.